Wednesday, January 26, 2011

10 Menit Waktu Sempurna untuk Bercinta

10 Menit Waktu Sempurna untuk Bercinta


Jakarta, Selama ini banyak pria dan wanita tampaknya percaya dengan hubungan seks fantasi yang berlangsung lama sepanjang malam. Tapi sebenarnya waktu sempurna merasakan kepuasan seks hanyalah 10 menit penetrasi.

Budaya populer saat ini cenderung mengagung-agungkan hubungan seks dengan waktu yang lama. Akibatnya, muncul persepsi bahwa seks marathon atau hubungan seks yang bertahan dalam waktu lama dianggap sebagai seks yang menyenangkan.

Hasil survei yang dilakukan lembaga riset Society for Sex Threapy and Research, seperti dilansir news-medical.net, Rabu (26/1/2011), mendefinisikan rentang waktu ideal untuk aktivitas seksual, yaitu sebagai berikut:

1. 1-2 menit, hubungan seks yang terlalu pendek
2. 3-7 menit, hubungan seks yang memadai
3. 7-13 menit, hubungan seks yang diinginkan
4. 10 menit, hubungan seks yang sempurna
5. 10-30, hubungan seks yang terlalu panjang


Waktu tersebut adalah hanya waktu hubungan seks saat terjadi penetrasi organ kelamin. Jadi tidak termasuk aktivitas pemanasan (foreplay) dan pendinginan (afterplay).

"Banyak orang yang percaya fantasi seks seperti penis besar, ereksi sekeras batu dan hubungan seksual sepanjang malam. Fantasi ini tidak realistis yang justru membuat orang kecewa dan tidak puas," jelas Eric Corty, seorang profesor psikologi di Penn State University.

Menurut Corty, dengan hasil penemuan yang telah dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine ini, diharapkan akan menghilangkan fantasi seks dan mendorong banyak pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan waktu yang realistis.

Hasil survei ini juga memiliki implikasi yang besar untuk pengobatan bagi orang dengan masalah seksual.

"Jika ada pasien masalah seksual mengeluh tentang berapa lama hubungan seksual harus berlangsung, data ini dapat membantu pergeseran perhatian pasien tentang gangguan fisik yang bisa dirawat dengan konseling, bukan obat-obatan," kata Corty.

Thursday, January 13, 2011

Empat Ciri Belum Siap Berkomitmen

Y! Newsroom - Kamis, 13 Januari

Hubungan cinta tak berjalan mulus dan selalu kandas di tengah jalan? Bisa jadi ketidaksiapan Anda berkomitmen yang menjadi penyebabnya.

Mungkin sebelumnya Anda tak pernah menyadari masalah ini. Berikut beberapa ciri Anda belum siap untuk menjalankan hubungan yang lebih serius dengan pasangan, seperti dikutip dari Sheknows.

1. Selalu menemukan kekurangan pada pasangan Anda. Kekurangan itu membuat Anda enggan meneruskan hubungan dengannya. Padahal, seringkali hal itu bukanlah sesuatu yang mendasar.

Anda harus menyadari bahwa tak ada orang yang sempurna. Jika memang Anda benar-benar, mencintai pasangan, itu juga berarti mencintai kekurangannya. Jika Anda tak bisa melakukannya, berarti Anda memang belum siap berkomitmen.

2. Pernikahan membuat Anda takut. Anda skeptis dan sinis terhadap segala hal mengenai pernikahan. Anda menganggap pernikahan adalah sebuah penjara yang akan mengekang hidup Anda.

3. Hidup tidak stabil. Anda masih sering bertindak spontan sesuai keinginan hati tanpa berpikir panjang. Gonta-ganti pekerjaan, peer group juga pasangan merupakan kebiasaan. Memang hal tersebut bukan hal yang buruk. Namun tindakan-tindakan di atas bisa menjadi tanda bahwa Anda belum siap berkomitmen terhadap sebuah hubungan cinta yang serius.

4. Susah mengakui perasaan cinta. Anda sudah lama berhubungan dengan pasangan, namun belum juga mau mengungkapkan perasaan yang lebih dalam? Selama ini Anda hanya menjalankan hubungan dengan santai, namun saat ditanya mengenai perasaan atau tujuan hubungan, Anda menjadi ketakutan. Ini juga merupakan suatu tanda Anda belum berani berkomitmen.

Isu belum siap berkomitmen ini bisa diatasi, asal Anda tak takut untuk berterus terang pada pasangan. Siapa tahu setelah bertukar pikiran dengan orang yang Anda sayangi, justru alasan untuk mengikatkan hubungan ke arah lebih serius bisa ditemukan. Komitmen pun tak lagi menjadi isu yang menakutkan untuk Anda.

Ayu Kinanti

Ibu Di Atas Usia 35 Tahun Disarankan Tidak Hamil

Republika - Jumat, 14 Januari


REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Kaum wanita atau ibu- ibu disarankan untuk tidak hamil di atas usia 35 tahun. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya cacat bawaan pada janin yang akan dilahirkannya.

Hal ini ditegaskan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip), Prof dr Sultana MH Faradz PhD pada Presentasi Riset Cebior di Fakultas Kedokteran Undip, kemarin.

Menurut Sultana, kelainan bawaan janin dapat disebabkan oleh sindroma down, yang termasuk golongan penyakit genetik karena cacatnya terdapat pada bahan keturunan/gen.

Namun penyakit ini pada dasarnya bukan penyakit keturunan. “Biasanya penyakit ini disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak sempurna akibat usia ibu yang sudah tua,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, sangat disarankan agar ibu-ibu mengusahakan untuk tidak hamil setelah usia 35 tahun. Caranya dengan tidak menunda perkawinan atau kehamilan pada saat sudah siap.

Ia juga menjelaskan, pada proses kehamilan terjadinya keguguran berulang merupakan pertanda adanya cacat bawaan yang dapat disebabkan kelainan genetik, infeksi dalam kandungan dan kelainan imunologis.

Wednesday, January 12, 2011

Frekuensi Hubungan Seks yang Ideal Berdasarkan Usia

Frekuensi Hubungan Seks yang Ideal Berdasarkan Usia

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth


img
foto: Thinkstock
Jakarta, Berhubungan seks secara rutin bermanfaat untuk kesehatan. Namun jika terlalu sering tentu ada risikonya, sehingga ada frekuensi ideal yang dianjurkan. Lantas adakah risiko jika terlalu jarang atau bahkan tidak pernah berhubungan seks?

Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa hubungan seks bisa meredakan stres sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup. Bahkan beberapa mengklaim, aktivitas tersebut dapat mengurangi risiko berbagai jenis kanker asalkan dilakukan dengan pasangan tetap.

Namun jika dilakukan secara berlebihan, hubungan seks ternyata juga tidak baik untuk kesehatan. Jauh sebelum ada penelitian tentang kaitan antara hubungan seks dengan risiko kanker, ilmu pengobatan di China sudah lebih dulu mengaitkan keduanya.

Teori pengobatan tradisional China mengenal istilah Jing, yakni komponen dalam ginjal yang disebut juga 'getah kehidupan'. Fungsinya adalah menyuplai energi untuk berbagai mekanisme tubuh manusia dalam menjaga kesehatan.

Dikutip dari Losethebackpain, Rabu (3/11/2010), Jing terbentuk dari sari-sari makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia. Pada pria, kadarnya akan mengalami penurunan setiap kali mencapai orgasme yang disertai ejakulasi.

Jika ejakulasi terjadi terlalu sering maka dampaknya adalah ketidakseimbangan energi yang memicu berbagai gangguan kesehatan. Di antaranya adalah nyeri punggung, radang persendian terutama di lutut, cepat pikun, bahkan impotensi dan gairah seks yang menurun.

Sebuah literatur kuno dari Tiongkok yang berusia 2.000 tahun menyebutkan secara detail berapa kali sebaiknya seorang pria berhubungan seks, atau lebih tepatnya mengalami ejakulasi. Sebab selain melalui hubungan seks, ejakulasi juga bisa dicapai dengan masturbasi dan mimpi basah.

Selengkapnya, frekuensi ideal berhubungan seks berdasarkan usianya adalah sebagai berikut:
Usia (tahun) Frekuensi Optimal Frekuensi Minimal Agar Bermanfaat
20 2x sehari 1x sehari
30 1x sehari tiap 2-3 hari
40 tiap 3 hari tiap 4 hari
50 tiap 5 hari tiap 10 hari
60 tiap 10 hari tiap 20 hari
Lantas apa bahayanya jika terlalu jarang atau bahkan tidak pernah berhubungan seks?

Adanya manfaat hubungan seks bukan berarti ada risiko jika tidak melakukannya. Dikutip dari MSNBC, Rabu (3/11/2010), sebuah penelitian yang dipublikasikan 30 tahun lalu membuktikan tidak ada peningkatan risiko kanker prostat pada biarawan-biarawan di Nepal dan Italia yang hidup selibat atau tidak menikah.

Dengan asumsi para biarawan lebih jarang mengalami ejakulasi, maka hidup tanpa berhubungan seks tidak akan meningkatkan risiko kanker prostat. Ejakulasi secara rutin mungkin bisa mengurangi risiko, tetapi faktor lain seperti diet dan gaya hidup tentu lebih besar pengaruhnya
(up/ir)

Waktu Bersetubuh yang Paling Realistis

Waktu Bersetubuh yang Paling Realistis

Merry Wahyuningsih - detikHealth


img
Ilustrasi (Foto: CNN)
Pennsylvania, Budaya populer saat ini cenderung mengagung-agungkan hubungan seks dengan waktu yang lama. Tapi tahukah Anda, dari hasil penelitian ilmuwan ternyata waktu bersetubuh yang paling realistis hanya 10 menit.

"Selama ini banyak pria dan wanita tampaknya percaya dengan hubungan seks fantasi yang berlangsung lama sepanjang malam," ujar Eric Corty, seorang profesor psikologi di Penn State University, seperti dilansir dari Telegraph, Jumat (25/6/2010).

Akibatnya, muncul persepsi seks marathon atau hubungan seks yang bertahan dalam waktu lama dianggap sebagai seks yang menyenangkan.

Tapi berdasarkan hasil survei yang dilakukan Society for Sex Threapy and Research ditemukan rentang waktu antara 7 sampai 13 menitlah yang dianggap paling 'diinginkan' dan 10 menit adalah sempurna.

Menurut lembaga riset ini, hubungan seks dengan waktu antara 1 dan 2 menit adalah terlalu pendek, 3 sampai 7 menit dapat diterima, dan yang lebih dari 13 menit dianggap terlalu lama.

Lembaga riset ini bertugas memberikan nasihat dan terapi pada pasangan dengan masalah seksual. Tim peneliti yang bertugas pada lembaga ini juga merekomendasikan kliennya untuk melakukan hubungan seks dengan rentang waktu yang cukup dan memadai, yaitu tidak terlalu panjang ataupun terlalu pendek.

Dengan hasil penemuan yang telah dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine ini, diharapkan akan menghilangkan fantasi seks dan mendorong banyak pria dan wanita melakukan hubungan seks dengan waktu yang realistis.

Dengan begitu tidak perlu lagi ada kekecewaan dan ketidakpuasan seks pada banyak pasangan karena terlalu mengagungkan waktu yang lama. Seks dengan waktu yang sempurna memberikan efek yang positif.